pemindangan ikan
PRINSIP PEMINDANGAN
Pada dasarnya pemindangan ikan merupakan upaya pengawetan sekaligus pengolahan ikan yang menggunakan teknik penggaraman dan pengasapan.
Pengolahan tersebut dilakukan dengan merebus atau dengan memanaskan
ikan dalam susana bergaram dalam waktu tertentu di dalam suatu wadah.
Wadah ini digunakan sebagai tempat ikan selama perebusan atau pemanasan
dan sekaligus digunakan sebagai kemasan selama transportasi dan
pemasaran.
Garam yang digunakan berperan sebagai
pengawet sekaligus memperbaiki cita rasa ikan, sedangkan pemanasan
mematikan sebagian besar bakteri pada ikan, terutama pada bakteri
pembusuk dan pathogen. Selain itu pemanasan dengan kadar garam tinggi
menyebabkan tektur daging ikan berubah menjadi lebih kompak..Ikan
pindang pun menjadi lezat dan lebih awet ketimbang masih segar.
PRODUKSI DAN POTENSI PEMINDANGAN
Pengolahan ikan menjadi asin memang masih
mendominasi pemanfaatan hasil perikanan Indonesia. Suatu jumlah yang
sangat besar mengingat pemindangan (menempati urutan kedua) tidak lebih
dari 5,8% saja. Dari persentase tersebut menghasilkan 121.204 ton ikan
pindang (tahun 1992). Padahal, dalam upaya pencukupan gizi masyarakat,
ikan asin bukan pilihan ynag tepat. Produk-produk berkadar garam rendah
yang dapat dikonsumsi dalam jumlah besar, seperti pindang, merupakan
pilihan yang tepat.
Dilihat dari produksinya, Pulau Jawa dan
Bali merupakan sentra produksi sekaligus sentra konsumen ikan pindang.
Produksi ikan pindang diluar Jawa relative rendah, padahal produksi ikan
asinnya cukup tinggi. Apabila sebagian produksi ikan asin ini dialihkan
ke ikan pindang maka diperlukan usaha terpadu dari berbagai pihak untuk
mempromosikan komoditas ini. Pemindangan ikan dapat dijadikan usaha
yang menarik tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar JAwa.
Jenis ikan yang biasa digunakan cukup
beragam, mulai dari ikan kecil hingga ikan besar dan dari ikan air tawar
sampai ikan laut. Ikan air tawar yang sering dipindang adalah nilem, tawes, gurami, mujair, sepat siam, tambakan dan ikan mas. Untuk ikan laut, jenis yang biasa dipindang adalah ikan laying, kembung, tongkol, bawal, selar, kuro, banding, lemuru, petek, japu, tembang, ekor kuning, dan hiu.
Ikan pindang yang baik harus memenuhi
kriteria tertentu. Cara paling mudah untuk menilai mutu ikan pindang
dengan menilai mutu sensorinya. Selain itu, pengujian secara kimia dan
mikrobiolagi digunakan untuk melengkapi pengujian mutu sensori.
Parameter dalam pengujian sensori ikan pindang :
Parameter
|
Diskripsi
|
Rupa dan warna
|
Ikan
utuh tidak patah, mucus tidak terluka atau lecet, bersih, tidak
terdapat benda asing, tidak ada endapan lemak, garam atau kotoran lain.
Warna spisifik untuk tiap jenis, cemerlang, tidak berjamur, dan tidak
berlendir.
|
Bau
|
Bau spesifik ikan pindang atau seperti bau ikan rebus, gurih, segar, tanpa bau tengik, masam, basi, atau busuk.
|
Rasa
|
Gurih spesifik ikan pindang, enak tidak terlalu asin, ras asin merata, dan tidak ada rasa asin.
|
Tekstur
|
Daging pindang kompak, padat, cukup kering dan tidak berair atau tidak basah (kesat).
|
Sejauh ini, mutu ikan pindang
yang dihasilkan belum memuaskan karena cara pengolahan yang belum baik
dan benar. Penampilan fisik kurang menarik, banyak luka, terkelupas,
daging retak, warna agak kecoklatan, berbau sedikit tengik, dan
sebagainya. Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada ikan pindang
antara lain :
-
penggunaan larutan garam yang tidak bersih
-
mutu ikan kurang bagus
-
Penggunaan larutan perebus yang berulang-ulang sampai kental dan kecokelatan
-
Bau tengik atau tidak sedap
-
Sanitasi dan hygiene yang diabaikan
Sumber: http://seputarperikanan.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar